Senin, 30 Desember 2013

Analisis SWOT, Pertanyaan kunci dalam Analisis SWOT

Berikut beberapa pertanyaan kunci dalam Analisis SWOT, berguna untuk mengenali Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Acaman, dalam suatu wilayah yang akan dianalisis.

A. Kekuatan (Strength), merupakan aspek internal positif yang dapat dikontrol dan dapat diperkuat dalam perencanaan:


  • Apa yang merupakan keunggulannya/ keuntungannya?
  • Apa yang dikerjakannya dengan baik?
  • Apa yang orang lain lihat sebagai kekuatannya?


B. Kelemahan (Weakness), merupakan aspek internal negatif yang dapat dikontrol dan dapat diperbaiki dalam perencanaan :

  • Apa yang perlu diperbaiki?
  • Apa yang dikerjakan dengan buruk?
  • Apa yang perlu dihindarkan?


C. Peluang (Opportunity), merupakan kondisi eksternal positif yang tidak dapat dikontrol dan dapat diambil keuntungannya :

  • Kesempatan baik apa yang sedang dihadapi?
  • Apa yang menjadi tren menarik/ penting saat ini?


Peluang berguna dapat datang dari :

  • Perubahan pada teknologi dan permintaan (demand)
  • Perubahan dalam kebijakan pemerintah
  • Perubahan dalam pola sosial, profil kependudukan, perubahan gaya hidup dan lainlain
  • Program lokal dari masyarakat atau lembaga adat dan lain-lain


D. Ancaman (Threat), merupakan kondisi eksternal negatif yang tidak dapat dikontrol dan mungkin dapat diperkecil dampaknya :

  • Hambatan apa yang sedang dihadapi?
  • Hal apa yang menjadikan persaingan?
  • Apakah spesifikasi yang disyaratkan pada pekerjaan, produk dan pelayanan berubah?
  • Apakah perubahan teknologi mengancam posisinya?
  • Adakah masalah aliran keuangan dan pembiayaan?
  • Apakah ancaman bencana alam yang dominan?


Setelah keempat faktor SWOT diatas teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyilangkan faktor tersebut guna mendapatkan strategi pemecahan permasalahan. Berikut Teknik untuk mencari strategi silang silang dari keempat Faktor SWOT:

Strategi S-O:
Strategi yang disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan mengoptimalkan peluang yang ada.

Strategi S-T:
Strategi yang disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dalam menanggulangi ancaman yang ada.

Strategi W-O:
Strategi memanfaatkan peluang secara optimal untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki.

Strategi W-T:
Strategi untuk mengatasi kelemahan dan mengeliminasi ancaman yang timbul.

Prioritas Penyebab Banjir dan Genangan

Tabel dibawah ini adalah Urutan Prioritas Penyebab Banjir dan Genangan yang terjadi di suatu lokasi (Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar)

Banjir di Bundaran HI Jakarta Tahun 2013
Banjir di Bundaran HI Jakarta Tahun 2013

NO
PENYEBAB BANJIR
ALASAN MENGAPA PRIORITAS
FAKTOR ALAM ATAU MANUSIA
1
Perubahan tata guna lahan
Debit puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena air yang meresap kedalam tanah sedikit mengakibatkan aliran air permukaan menjadi besar, sehingga berakibat debit menjadi besar dan terjadi erosi yang berakibat sedimentasi
Manusia
2
Sampah
Sungai atau drainase tersumbat dan jika air melimpah keluar karena daya tampung saluran berkurang.
Manusia
3
Erosi dan sedimentasi
Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang berakibat sedimentasi masuk ke sungai sehingga daya tampung sungai berkurang
Manusia dan alam
4
Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase
Dapat merupakan penghambat aliran, maupun daya tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan
Manusia
5
Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir yang besar. Misal banguna tanggul sungai yang tinggi. LImpasan pada tanggul waktu banjir melebihi banjir rencana menyebabkan keruntuhan tanggul, kecepatan air sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehinga menimbulkan banjir yang besar.
Manusia
6
Curah hujan
Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan benjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan termasuk bobolnya tanggul. Data curah hujan menunjukkan maksimum kenaikan debit puncak antara 2 sampai 3 kali
Alam
7
Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
Fisiografi/geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan DAS, kemiringan sungai, geometrik hidrolik
Manusia dan alam
8
Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banijr pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat
Manusia dan alam
9
Kapasitas drainase yang tidak memadai
Karena perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya tanaman/vegetasi serta tindakan manusia mengakibatkan pengurangan kapasitas saluran/sungai sesuai perencanaan yang dibuat
Manusia
10
Drainase lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi
Manusia
11
Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater)
Manusia
12
Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir
Manusia dan alam
13
Pengaruh air pasang
Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi genangan atau benjir menjadi besar karena terjadi aliran balik. Hanya pada daerah pantai seperti Pantura, Jakarta, dan Semarang
Alam
Sumber: Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Banjir di Jakarta Tahun 2013
Banjir di Jakarta Tahun 2013

  


Sumber: http://perencanaankota.blogspot.com/2013/12/prioritas-penyebab-banjir-dan-genangan.html

Definisi dan Deliniasi Kawasan Pesisir

 
 
Definisi kawasan pesisir adalah: “wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat” (Bengen, 2000:3). Sedangkan menurut Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir (2001), pengertian dari kawasan  pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.


Batas kawasan pesisir yang ditetapkan oleh Indonesia ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Proyek MREP (Marine Resource Evaluation and Planning atau Perencanaan dan Evaluasi Sumber Daya Kelautan). Dalam rapat kerja tersebut ditetapkan bahwa batas ke arah laut suatu kawasan pesisir untuk keperluan praktis dalam proyek MREP adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) yang telah diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Sedangkan batas ke arah darat mencakup batas administratif seluruh desa pantai (sesuai dengan ketentuan Direktorat Jendral Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri) yang termasuk dalam wilayah pesisir MREP (PKSPL-IPB, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk kepentingan pengelolaan adalah kurang begitu penting untuk menetapkan batasan fisik secara tegas dan kaku (Dahuri, 2001), dan akan lebih berarti apabila penetapan batas-batas suatu kawasan pesisir didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir beserta segenap sumber daya yang ada di dalamnya, serta dari tujuan pengelolaan itu sendiri.



Sumber:
Tesis Fenti Novita, Pengaruh Perkembangan Ekonomi Kota Bandar Lampung
Terhadap Perkembangan Kawasan Pesisir (Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Deponegoro Tahun 2003