Selasa, 10 Desember 2013

Saladin The Wise

Mungkin tidak ada tokoh Muslim yang lebih dihormati di dunia Barat selain daripada sosok Saladin (Shalahuddin Al-Ayyubi), seorang pemimpin besar Arab, pendiri dinasti Ayyubiah di abad-XII. Tahukah anda siapakah Saladin? Amat disayangkan banyak Mukmin di Indonesia ini yang tidak tahu menahu siapa beliau ini. Jika anda ingin tahu mengapa figur seorang Muslim Saladin ini bisa begitu dihormati di dunia Barat, silakan simak rekam sejarah berikut ini.

Nama aslinya adalah Yusuf, seorang etnis Kurdi, dilahirkan di kota Tikrit, Irak, pada tahun 1137. Karier militernya dimulai ketika Sultan Nuruddin, penguasa kesultanan Damaskus, menugaskannya dalam sebuah ekspedisi militer untuk menaklukkan Mesir yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Fatimiyah. Pada saat itu Yusuf hanyalah seorang pemuda yang tidak berpengalaman. Maka dari itu, ketika Mesir takluk pada tahun 1169, Nuruddin mengangkat Yusuf menjadi seorang wazir (setara gubernur) di ibukota Mesir, Kairo.

Mengapa justru Yusuf muda yang tidak berpengalaman ini diangkat menjadi seorang wazir, dengan mengabaikan panglima-panglima militer lainnya yang lebih berpengalaman? Rupanya Nuruddin memiliki pandangan politis tersendiri, bahwa dengan ditempatkannya Yusuf yang ‘penakut dan lugu’ sebagai wazir di Mesir, akan meminimalisir ancaman pemberontakan di suatu hari terhadap sang Sultan dari Damaskus tersebut.

Namun fakta berkata lain. Di bawah kepemimpinan Yusuf yang akhirnya bergelar “Saladin“ yang artinya “Kebaikan Agama”, Kairo menjelma menjadi kota yang maju dan berperadaban tinggi dengan dibangun banyak madrasah, rumah sakit, dan pelayanan-pelayanan publik lainnya. Saladin menjadi semakin disegani setelah di luar dugaan ia berhasil memimpin pasukan Mesirnya bertahan dalam menghadapi serangan Pasukan Salib yang dipimpin raja Amalric I dari Kerajaan Latin Yerusalem.

Sultan Nuruddin di Damaskus, Syria, mengkhawatirkan reputasi Saladin yang terus menanjak dan tentu saja bisa menjadi ancaman di masa depan. Maka ia memutuskan untuk menunjuk seorang pengganti bagi Saladin di Kairo, dan memerintahkan Saladin untuk kembali ke Damaskus untuk menjadi abdi bagi sang sultan. Saladin tahu bahwa ini adalah siasat politik Nuruddin untuk melucuti kekuatannya. Serta merta Saladin menolak titah sultan, dan memutuskan untuk bertahan di Kairo, Mesir.

Nuruddin, tentu saja, sangat marah mendengar pembangkangan Saladin. Ia memutuskan untuk mengirim puluhan ribu pasukan untuk menghukum sang pembangkang. Saladin hanya bisa pasrah mendengar berita kedatangan puluhan ribu pasukan Damaskus yang hampir mustahil untuk dilawan. Namun di tengah perjalanan, Nuruddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Saladin setengah tidak percaya mendengar kabar mengejutkan itu. Pada saat itu juga ia meyakini bahwa Allah sebenarnya sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi pemimpin besar di dunia Islam.

Saladin segera mengarahkan perhatiannya ke kota suci Yerusalem, yang telah dikuasai oleh Pasukan Salib dari Eropa selama kurang lebih 70 tahun. Namun sebelumnya, Saladin melakukan ekspedisi militer untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Arab di sekitarnya agar dapat dipersatukan, termasuk menaklukkan ibukota Damaskus. Dalam waktu yang relatif singkat, Saladin telah menjadi orang terkuat di dunia Arab pada waktu itu. Tampaknya serangan kepada Kerajaan Latin Yerusalem tinggal menunggu waktu saja.

Pada saat itu Kerajaan Latin Yerusalem dipimpin oleh Raja Baldwin IV yang dikenal dengan sebutan Raja Lepra, dikarenakan sang raja memang menderita penyakit lepra yang mengharuskannya memakai topeng untuk menyembunyikan wajahnya yang rusak. Melihat ancaman serius dari kekuatan Saladin, maka Baldwin IV memutuskan untuk melakukan perjanjian damai dengan Damaskus. Saladin sebagai seorang Muslim yang berpegang pada ajaran Islam yang  mendahulukan perdamaian daripada berperang, mau tidak mau setuju untuk menyepakati perdamaian tersebut.

Pada tahun 1181, perjanjian damai tersebut dibatalkan. Penyebabnya adalah pemimpin Ksatria Templar (pasukan elit Yerusalem) yang bernama Reynald de Chatillon menyerang iring-iringan rombongan haji yang menuju ke Mekkah. Tidak puas membantai para peziarah haji tersebut, bahkan Reynald memutuskan untuk menyerang kota Madinah dengan berkoar-koar akan menggali makam Nabi Muhammad. Serangan pasukan Reynald tersebut dapat dibendung dalam pertempuran di Laut Merah. Kota Mekkah dan Madinah selamat dari serangan Pasukan Salib.

Pada tahun 1186, Reynald de Chatillon sekali lagi membuat ulah dengan menyerang kembali para peziarah haji, dan kali ini bahkan ia menawan adik perempuan Saladin, yang kebetulan berada dalam rombongan, dan membunuhnya. Saladin benar-benar marah dengan ulah Reynald ini, dan ia bertekad akan membunuh Reynald dengan tangannya sendiri. Segera saja Saladin menyerukan Jihad besar di seluruh dunia Arab untuk memerangi Pasukan Salib dan merebut kembali kota suci Yerusalem. Puluhan ribu pasukan Arab dimobilisasi untuk berbaris menuju Yerusalem.

Pada bulan Juli 1187, dua pasukan besar antara Pasukan Salib dan Pasukan Arab bertemu di sebuah lembah tandus yang dinamakan Tanduk Hittin. Pasukan Salib dipimpin Raja Guy de Lusignan yang menggantikan Baldwin IV yang telah meninggal dunia. Sementara Pasukan Arab dipimpin sendiri oleh Saladin. Kedua kekuatan berimbang jumlahnya. Namun Saladin sebelumnya berhasil menguasai mata air di lembah itu. Di lain pihak, Pasukan Salib telah berhari-hari menelusuri padang pasir yang panas dengan persediaan air yang sedikit. Selain itu baju besi ala Eropa tentu saja membuat tubuh mereka seperti dipanggang hidup-hidup. Tidak heran banyak tentara Salib yang tewas dalam perjalanan. Keuntungan ini dimanfaatkan betul oleh Pasukan Arab. Dengan kemahiran pemanah-pemanah berkudanya yang berbaju besi ringan, tidak sulit kiranya Pasukan Arab melakukan pembantaian massal terhadap Pasukan Salib di lembah Tanduk Hittin tersebut. Pasukan Salib kalah telak dalam pertempuran di Tanduk Hittin tersebut. Saladin memperlakukan Raja Guy de Lusignan dengan penuh hormat, dan memberikannya segelas air untuk diminum. Sebaliknya, Saladin tidak memberikan ampunan kepada Reynald de Chatillon, dan memenuhi sumpahnya untuk membunuh sang panglima Ksatria Templar tersebut dengan tebasan di leher.

Pada bulan Oktober 1187, pasukan Arab tiba di kota suci Yerusalem. Pasukan Salib yang tersisa tinggal sedikit sekali. Balian de Ibelin memimpin penduduk Yerusalem untuk menghadapi pasukan Saladin. Namun hanya dalam waktu lima hari, kota suci Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Arab. Bertindak sebaliknya dari perlakuan Pasukan Salib yang membantai seluruh penduduk Yerusalem, Muslim dan Yahudi, pada tahun 1099 lalu, kali ini Saladin justru membiarkan penduduk Kristen Eropa di Yerusalem tetap hidup, sambil memungut pajak dari mereka. Agaknya Saladin memahami betul ajaran memaafkan dan kasih sayang dalam Islam.

Ujian terberat bagi Saladin adalah mempertahankan kota suci Yerusalem dari serangan Raja Richard I – “Si Hati Singa” dari Inggris, yang bersekutu dengan Raja Phillip Augustus dari Perancis. Pasukan Saladin mengalami beberapa kekalahan dari pasukan Richard yang sangat tersohor keberaniannya tersebut. Namun Richard sendiri juga mengalami kesulitan untuk mendekati wilayah Yerusalem. Pertempuran yang berlarut-larut tersebut justru melahirkan perpecahan internal antara Richard dan Phillip. Pada akhirnya Phillip memutuskan kembali ke Eropa, dan mulai mencaplok wilayah Richard di Inggris. Mendengar kabar tersebut, Richard mengalami depresi dan jatuh sakit.

Saladin membuktikan dirinya sebagai ksatria terhormat dengan mengirimkan dokter dan aneka buah-buahan segar kepada Richard yang tergolek di pembaringannya. Saat itu juga Richard mengagumi sifat ksatria Saladin. Apalagi dalam suatu pertempuran sebelumnya, Saladin juga pernah mengirimkan kudanya kepada Richard, tatkala sang raja Inggris tersebut harus bertempur tanpa kuda, diakibatkan kudanya tewas terpanah.

Sesungguhnya kedua raja besar ini saling mengagumi satu sama lain. Saladin mengagumi keberanian Richard yang selalu bertempur di barisan terdepan. Tidak salah jika ia dijuluki “ Richard si Hati Singa.” Saladin mengakui bahwa ia tidak pernah menemui seorang pejuang yang seberani dan senekad Richard. Sebaliknya, Richard sangat mengagumi kebijaksanaan dan sifat ksatria Saladin yang sangat menghormati musuh-musuhnya.

Pada akhirnya, keduanya memutuskan untuk menandatangani perjanjian damai Muslim-Kristen di kota Ramallah pada tahun 1192, yang isinya adalah kota Yerusalem tetap berada di bawah kekuasaan Muslim, namun terbuka bagi para peziarah Kristen. Kota suci Yerusalem selama berabad-abad setelahnya berada di bawah kekuasaan Muslim, hingga Zionis Israel merebutnya pada tahun 1148.

Saladin sangat dikenal sebagai pejuang Muslim yang saleh, ksatria, dan senang berderma. Hidupnya dipersembahkan untuk berjuang di jalan Islam dan menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Ketika Saladin meninggal dunia pada tahun 1193, para pelayannya bahkan menemukan bahwa harta bendanya tidak cukup untuk membiayai upacara pemakamannya sendiri.

Anda dapat mengenal sosok Saladin yang luar biasa ini dengan menonton film produksi Hollywood yang berjudul “Kingdom of Heaven”, yang disutradarai Ridley Scott dan dibintangi oleh Orlando Bloom sebagai Balian de Ibelin dan Ghassan Massoud yang memerankan tokoh Saladin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar